MATA UANG LIBRA MILIK FACEBOOK, Akhir-akhir ini Facebook baru saja mengumumkan mata uang digitalnya, Libra. Berikut beberapa fakta menariknya yang dihimpun dari Guardian.
Berbagai perusahaan akan mendukung Libra dalam kelompok Libra Association. Organisasi ini menurut Facebook adalah non profit dan berbasis di Swiss.
Fungsi pertamanya untuk memvalidasi transaksi di blockchain Libra dan mengatur aset di belakang Libra. Libra bukan aset spekulatif seperti Bitcoin yang nilainya sangat fluktuatif.
Di Libra Association, akan ada badan pengatur bernama Libra Association Council yang terdiri dari para perwakilan perusahaan, masing-masing punya hak veto soal kebijakan dan keputusan yang diambil.
Libra terdiri dari 3 Komponen, penting :
- Libra sebagai nilai tukar itu sendiri.
- Libra Association – Lembaga nirlaba yang menaungi nilai tukar Libra. Didalamnya terdiri dari perkumpulan 28 organisasi, dan berpusat di Jenewa, Swiss.
- Calibra dari Facebook – Dompet digital, cikal bakal layanan yang nantinya akan bisa digunakan oleh masyarakat. Dimana visinya, setiap orang bisa melakukan pembayaran semudah mengirim chat atau foto di WhatsApp.
MATA UANG LIBRA MILIK FACEBOOK, Wow, Dunia tanpa Bank…?
Facebook mengklaim ingin menjangkau 1,7 miliar orang di seluruh dunia yang belum punya akses perbankan.
Akan tetapi Facebook berpotensi mengalami masalah dalam soal regulasinya walaupun sejauh ini belum ada halangan untuk Libra.
Ketika Libra dirilis, rencananya pada tahun 2020, user bisa download Calibra, sebuah dompet digital yang akan memungkinkan pengguna mengirimkannya pada siapapun dengan smartphone.
Calibra akan tersedia di Messenger, WhatsApp dan sebagai aplikasi sendiri.
Sebelum pengumuman Libra, Facebook memenuhi media dengan berita yang kurang baik terkait kasus Cambridge Analytica.
Inti dari kasus ini adalah Cambridge Analytica berhasil mengambil data pribadi dari 87 juta pengguna Facebook.
Kasus ini mengakibatkan krisis kepercayaan publik ke Facebook.
Bahkan pendiri WhatsApp (perusahaan yang juga dimiliki oleh Facebook) terang-terangan mengkampanyekan bagi semua orang untuk menutup akun Facebook-nya.
Jadi, bagaimana sebuah instansi yang sudah krisis kepercayaan, lalu bisa kembali dipercaya oleh publik sebelum meluncurkan nilai tukar sendiri?
Padahal, nilai tukar yang tidak di backup oleh emas itu bergantung kepada kepercayaan masyarakat terhadap lembaganya..?
dimana emasnya..?
Tapi ada beberapa hal yang menjadi perhatian saya saat Mark Zuckerberg mengumumkan Libra melalui akun pribadinya di Facebook
APAKAH ada Kepentingan Politik ?
Jika Libra adalah Facebook, pertanyaan yang muncul di benak selanjutnya: Apa kepentingan Facebook merilis Libra?
Jika Facebook adalah negara, maka jumlah penduduknya lebih banyak dari China. Dan kini, negara terbesar di dunia itu sudah memiliki nilai tukar sendiri.
Setiap negara, memiliki yang namanya nation interest, atau kepentingan utama dari sebuah bangsa.
Jadi, apa kepentingan Facebook?
Cukup mudah melihat apa kepentingan utama sebuah negara, lihat dari mana uangnya masuk dan kemana uangnya mengalir.
Dalam konteks Facebook, pemasukan terbesarnya dari iklan.
Tidak seperti Google, Facebook, Microsoft, atau Amazon yang sumber pemasukannya cukup bervariasi.
Facebook hampir tidak memiliki sumber pemasukan lain selain iklan.
Jadi, kepentingan Facebook tidak akan jauh-jauh dari menjual iklan ini.
Dilihat dari sisi ekonomi, maka Libra prioritasnya akan tidak jauh-jauh dari:
- Untuk pembayaran iklan Facebook.
- Untuk memudahkan Facebook membayar display iklan video ke pembuat konten melalui Adbreak.
- Untuk transaksi didalam Facebook Marketplace.
- Transaksi atau transfer nilai tukar melalui WhatsApp/ Facebook Messenger.
Hubungan Libra dengan Indonesia ?
Indonesia sebagai negara dengan jumlah pengguna Facebook ke-4 terbesar di dunia, dan jumlah pengguna Instagram terbesar ke-3 di dunia, tidak akan luput dari sorotan Facebook.
Ditambah lagi dengan relatif masih besarnya segmen masyarakat yang unbankable di Indonesia, maka kita adalah potensi studi kasus terbaik untuk Libra. (ini emasnya)
Jadi, bagaimana nasib Fintech di Indoneska seperti Go-Pay, OVO, dll?
Sampai detik ini, kepentingan masing-masing perusahaan Fintech menghalangi masyarakat Indonesia untuk menikmati transaksi antar lembaga.
Duit di Go-Pay tidak bisa digunakan membayar transaksi Tokopedia, karena Tokopedia hanya menggunakan Ovo.
Duit di Ovo tidak bisa digunakan untuk belanja di Bukalapak, karena mereka pakai Dana. Dari sisi pengguna, ini ribet.
Jadinya duit masyarakat sebagian di Go-Pay, sebagian di Ovo, sebagian di Dana, sebagian di e-Money untuk jalan tol, dll. Tersebar. Berantakan.
Sampai ke level individu, untuk transaksi pribadi, seseorang tidak bisa transfer ke teman yang menggunakan Ovo ke Go-Pay.
Dan menurut saya akan lama sekali baru kepentingan-kepentingan ini bisa menyatu.
Lalu datanglah Libra. Sebuah platform yang bisa transfer duit dan melakukan pembayaran via WhatsApp, aplikasi kecintaan masyarakat Indonesia.